Rentang Kisah

by - Oktober 22, 2017


Rentang Kisah adalah sebuah buku biografi yang ditulis oleh Gita Savitri Devi, seorang social media influencer yang berkuliah di Berlin, Jerman. Awalnya saya ga sengaja nemu channel-nya di YouTube, terus iseng nonton salah satu videonya dan jadi keterusan nonton video-video yang lain. Ga semua videonya saya tonton juga sih, secara banyak gitu kan, but I think her channel is good, kontennya variatif dari mulai tentang kehidupan di Jerman, review skin care (trus aku jadi pengen nyobain Bio Peel Neogen doong...hahaha), sampai opini-opininya Gita terhadap berbagai isu terkini. Walaupun mungkin saya ga seratus persen setuju juga dengan opini-opini orang lain, tapi saya suka aja baca-baca atau dengerin pendapat orang lain terhadap berbagai hal, biar broaden your mind gitulah istilahnya #apasih.

Begitu tahu ada buku Rentang Kisah ini sebenernya ga terlalu tertarik sih, karena menurut review-review nya buku ini cocok dibaca untuk remaja menjelang dewasa, karena banyak cerita-cerita yang memang biasanya dialami oleh orang-orang berumur belasan sampai awal 20-an, dan saya kan udah lewat tuh umur awal 20-an nya, makanya mungkin ga terlalu cocok kali ya. Tapi entah mengapa saya pengen baca aja gitu dan akhirnya nyari di toko-toko buku ternyata stok nya pada habis. Barulah minggu kemaren ada lagi di Gramedia, buru-burulah beli takut kehabisan lagi stoknya. Dan Alhamdulillah ga nyesel belinya.

Rentang Kisah ini tebalnya sekitar 200 halaman, dan saya lumayan cepet sih bacanya. Baca ini kayak denger orang cerita aja gitu. Buku ini menceritakan perjalanan hidup Gita mulai dari sekolah, bagaimana dia bisa kuliah di Jerman dan tentang perjuangan kuliah S1 di Jerman yang bisa dibilang panjang, dari mulai harus nunggu umur 18 tahun, belajar bahasa, mengikuti Studienkolleg atau mengulang pelajaran SMA selama 2 semester, sampai akhirnya bisa kuliah S1 di Universitas yang kuliahnya pun pake bahasa Jerman. Ada juga cerita bagaimana Gita mengenal agama Islam lebih baik, justru ketika berada di Jerman, dimana muslim menjadi minoritas. Di bagian akhir buku, ada juga beberapa tulisan Gita di blog pribadinya, seperti pandangannya tentang generasi muda Indonesia saat ini, menjadi seorang diaspora, hingga bagaimana seorang introvert seperti dirinya bisa aktif di social media. Dan seperti yang sudah saya tulis di atas, memang buku ini lebih cocok dibaca oleh remaja atau yang berusia di awal 20-an, karena bisa menjadi semacam pembelajaran bahwa di umur-umur segitu memang banyak perubahan yang bakal terjadi pada diri dan lingkungan di sekitar kita, dan kudu siap mental aja gitu *ini saya ngomongnya sok dewasa banget maapkan. Tapi bukan berarti ga bisa dibaca untuk yang lebih tua (iya kayak saya maksudnya), karena belajar bisa dari siapa ajakan, termasuk dari pengalaman-pengalaman seseorang yang usianya lebih muda dari saya seperti Gita ini.

Oh iya ngomong-ngomong bagian yang paling saya inget adalah yang ini

"Aku jadi ingat, aku pernah bilang ke dia kalau hidup itu mulai aneh ketika kita umur 20 tahun. Hidup dia yang selama ini adem ayem akan jadi ribet kalau dia mencapai 20 tahun. Agak creepy juga sih, tahunya benar kejadian"

Ini iya banget lah.....dan ternyata di akhir usia 20-an pun hidup tambah aneh gitu ya *malah curhat. Ya sudahlah pokoknya selamat membaca :)

You May Also Like

0 komentar