Teman Ekstrovert

by - Juli 16, 2019

 
Saya pernah baca, kalau presentase orang dengan kepribadian introvert jumlahnya lebih sedikit daripada orang dengan kepribadian ekstrovert. Kurang lebih 30 persen orang introvert, sedangkan 70 persennya adalah orang ekstrovert. Tapi itu bacanya udah beberapa tahun lalu sih, ga tau sekarang persentasenya udah berubah atau belum. Introvert sendiri sering di-indentik-kan dengan orang yang pendiam dan pemalu. Padahal introvert itu beda dengan pemalu. Ya meskipun kayaknya banyak orang pemalu itu introvert. Intinya, bagi orang introvert, bersosialisasi itu menghabiskan energi, jadi orang-orang dengan kepribadian seperti ini sering merasa lelah kalau harus bersama orang lain (apalagi keramaian) dalam waktu yang lama. Karena itulah mereka perlu waktu sendiri untuk mengisi energi kembali. Sebaliknya, orang ekstrovert justru senang bersosialisasi dengan orang lain dan tidak suka berlama-lama sendirian. Sepi kali ya.


Saya sendiri termasuk orang introvert. Banyak orang yang saat baru kenal saya, bilang saya pendiam, padahal sebenarnya ga juga sih. Cuma kalau belum kenal-kenal banget kan ga enak ya mau banyak ngomong, nanti kalau salah ngomong bisa jadi masalah juga kan. Dan selama ini, kebanyakan teman-teman dekat saya adalah orang introvert juga. Mungkin lebih nyambung aja rasanya karena banyak kesamaan. Saya termasuk jarang punya teman dekat orang ekstrovert. Tapi waktu kuliah, saya punya temen deket seorang ekstrovert dimana kepribadiannya bertolak belakang dengan saya. Oke jadi sepanjang penglihatan dan pengetahuan saya sih teman saya ini berkepribadian ekstrovert, tapi kan saya bukan psikolog jadi mungkin juga saya salah, tapi kayaknya sih bener.

Teman saya ini bernama Dita, dan kami seangkatan waktu kuliah. Saya kenal dia beberapa saat setelah orientasi mahasiswa baru, dan karena nomor pokok mahasiswa kami deketan, makanya kami sering sekelas di banyak mata kuliah. Salah satu hal yang bikin kami deket adalah karena sama-sama suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang, malah dulu sempet belajar bahasa Jepang barengan. Dia sempet ikut JLPT level 4, saya sih ga...hoho.... Ternyata, dulu waktu SPMB (sekarang namanya SNMPTN kali ya, ketauan banget umurnya berapa masih jaman SPMB lol), ternyata saya dan Dita ikut ujian di ruangan yang sama, yang tempat ujiannya di UPI Bandung. Jadi pas awal-awal kuliah itu saya ga sengaja lihat kartu SPMB nya Dita, kok nomor ujiannya deketan, ternyata kita seruangan. Mungkin ini yang namanya jodoh #hiyaa

Karena kepribadian yang bertolak belakang itulah, cukup sering terjadi konflik diantara kami...hoho... Soalnya saya suka kelewat serius menghadapi sesuatu, sementara dia lebih santai (tapi kadang kelewat santai *peace ah...hehe...). Biarpun begitu, kami tetap berteman baik sampai lulus kuliah kemudian menempuh jalan masing-masing, karena beda kantor, malah beda kota. Dulu kalau di kelas, kita hampir selalu duduk sebelahan, kalau praktikum pilih jadwal yang sama, kalau makan barengan, malah sempet beli baju kembaran dengan warna merah yang ngejreng. Alhasil pas dipake, orang-orang pada ngeliatin. Sebenernya saya masih pengen pake baju itu, sayang udah kekecilan lol.

Ternyata, punya teman ekstrovert itu menyenangkan. Karena dia orangnya ceria, hari-hari saya jadi tercerahkan juga (padahal awalnya dia sering bilang saya lempeng lol). Dulu, saya biasa pakai baju dengan warna-warna seperti putih, hitam, dan coklat. Dita sering memberi saran cobalah pakai baju yang warnanya cerah (biar ikutan cerah), dan emang Dita kalau pake baju warnanya cerah-cerah. Setelah dicoba, seru juga pake baju warna pink, ungu, atau salem, kelihatan lebih cerah aja gitu. Bahkan sampai beberapa tahun saya kerja, saya masih suka pakai baju-baju dengan warna demikian. Tapi sekarang sih udah ga, saya lebih suka warna netral, seperti abu-abu, hitam, coklat, atau biru, udah jarang pake warna-warna feminin gitu, paling dusty pink yang masih suka, kalau ungu mah udah dadah...haha... Tapi sekarang walaupun warnanya netral, udah agak ngerti model sama padu padan lah ya, ga kayak dulu yang beneran plain banget kalo diingat-ingat sih (pantesan Dita suka protes...lol). Selain itu, punya teman ekstrovert dan senang bergaul dengan banyak orang juga membantu kita untuk memperluas pergaulan, salah satunya dengan cara ikutan komunitas barengan (karena kalo ikutan sendiri mah suka males lol). Intinya saya sangat berterima kasih kepada Dita karena mau temenan ama saya walaupun waktu itu saya super lempeng dan barangkali suka aneh (mudah-mudahan sekarang udah ga ya). Setelah lulus kuliah, kayaknya saya belum ketemu lagi temen yang tipenya seperti Dita, barangkali dia juga belum ketemu yang tipenya seperti saya #hiyaa.

Thanks for being such a great friend.

You May Also Like

0 komentar