Baru- baru ini, saya mencicipi salah satu jajanan khas Jepang, yaitu okonomiyaki. Saya membeli okonomiyaki ini di sebuah gerai yang terletak di kawasan sebuah toko buku ternama di Bandung. Sebenarnya, menu utama gerai ini adalah takoyaki. Tapi, karena saya sudah pernah mencicipi penganan berbentuk bola tersebut, saya pun memutuskan membeli okonomiyaki. Ternyata, harga okonomiyaki ini mahal juga, yaitu Rp 19.000 per porsi. Isinya terdiri dari irisan kol dan wortel, adonan tepung, telur, dan octopus alias irisan gurita. Okonomiyaki berbentuk bundar seperti pancake dan dimasak di atas wajan datar yang biasa disebut teppan. Setelah matang, di atasnya diberi saus okonomiyaki, mayonaise, dan taburan ikan kering. Rasanya? Kalau menurut saya, mirip omelet dan bala-bala, tapi tetap enak sih (ya iyalah, harganya aja mahal gitu lhoo ^^). So, saya pun jadi ingin menulis tentang okonomiyaki. Mulailah saya membuka koleksi majalah animonster dan googling untuk mencari bahan buat ditulis. Ternyata, ada situs berbahasa inggris yang khusus membahas mengenai serba serbi okonomiyaki lho, mulai dari sejarah, resep okonomiyaki, hingga restoran tempat kamu bisa menemukan okonomiyaki.
Nama okonomiyaki sendiri berasal dari kata “okonomi” yang berarti “sesukanya”, dan “yaki” yang bisa berarti “panggang, goreng, memasak”, sehingga nama “okonomiyaki” bisa berarti memasak sesukanya. Disebut demikian karena saat membuat okonomiyaki, isinya bisa ditemtukan sendiri sesuai selera. Tapi yang pasti, selalu terdapat irisan kol dan daun bawang. Diluar itu, kita bisa menambahkan isian seperti daging, udang, cumi-cumi, tako (gurita), bahkan keju parut.
Okonomiyaki diciptakan di Jepang sebelum perang dunia kedua, dan berkembang serta menjadi lebih populer selama dan setelah perang. Resep aslinya dibuat pada zaman Edo (1683-1868), dimana makanan ini merupakan hidangan istimewa yang disajikan pada upacara-upacara agama Budha. Saat itu, makanan ini disebut Funoyaki, yang kemudian berkembang pada zaman Meiji (1868-1912) menjadi makanan dengan cita rasa lebih manis yang disebut Sukesoyaki. Selama tahun 1920 sampai 1930-an, makanan ini terus berkembang dengan ditambahkan saus dan nama Yoshokuyaki mulai digunakan. Nama okonomiyaki mulai digunakan pada akhir 1930-an di Osaka. Di Hiroshima, diberi topping bawang, dilipat, dan disajikan kepada anak-anak sebagai snack. Okonomiyaki dalam berbagai variasi ini mulai menjadi lebih populer selama perang ketika beras menjadi langka dan masyarakat harus kreatif dalam menggunakan bahan-bahan lain yang tersedia. Pancake gandum sederhana manjadi pilihan yang cocok dan orang-orang mulai menambahkan bahan lainnya, seperti telur, daging, dan kol. Sebuah restoran di Osaka disebut sebagai yang pertama menambahkan mayonaise pada tahun 1946.
Ada 2 varian utama dari okonomiyaki. Yang pertama adalah Kansai/ Osaka style, dimana semua bahan dicampur menjadi adonan, kemudian dimasak. Di Osaka, okonomiyaki dimasak di atas wajan datar (teppan) menggunakan spatula logam, lalu diberi saus okonomiyaki, mayonaise, taburan aonori (rumput laut bubuk), katsuobushi (parutan ikan bonito yang dikeringkan), dan beni shouga (jahe merah). Kadang okonomiyaki jenis ini disajikan bersama yakisoba atau udon, yang dikenal sebagai modanyaki. Okonomiyaki Osaka juga sering divariasikan dengan berbagai topping seperti udang dan keju.
Varian kedua dari okonomiyaki adalah Hiroshima style, dimana adonan pancake dimasak terlebih dahulu dan bahan-bahan lain ditambahkan diatasnya berlapis-lapis, atau adonannya tidak disatukan. Okonomiyaki Hiroshima ini menggunakan irisan kol yang lebih banyak dari okonomiyaki Osaka.
Selain kedua varian utama okonomiyaki di atas, ada juga yang disebut monjayaki, yaitu varian lain dari okonomiyaki yang juga dikenal dengan Tokyo style. Bahan-bahan utamanya dipanggang terlebih dahulu, dipindahkan ke cetakan berbentuk cincin, kemudian adonan ditambahkan di tengah-tengahnya. Okonomiyaki ini menjadi lebih basah dibandingkan jenis okonomiyaki lainnya.
Restoran okonomiyaki banyak ditemukan di setiap pelosok Jepang. Di depan restoran dipasang lentera bertuliskan kata “okonomiyaki”. Restoran ini biasanya menyediakan teppan atau hotplate khusus di setiap mejanya agar tamunya bisa memasak okonomiyaki sendiri. Namun, bila tidak ingin repot memasak sendiri, para tamu bisa langsung memesan okonomiyaki yang dimasak oleh sang koki restoran langsung di hadapan mereka, karena umumnya restoran okonomiyaki seperti bar, dimana para tamu duduk berhadapan di depan koki yang langsung memasak dan menyajikan makanan di hadapan mereka.
Sumber ; Animonster vol 101
www.okonomiyakiworld.com
Sumber ; Animonster vol 101
www.okonomiyakiworld.com